Beliau sebagai Sultan Palembang Darussalam ke-8. Nama lengkapnya ialah Pangeran Adimenggala Raden Muhammad Husin anak Sultan Muhammad Bahauddin

         Ibunya bernama Ratu Agung binti Datuk Murni bin Abdullah al-Haddadi. Ia dilahirkan pada hari Sabtu tanggal 1 Syawal 1183H atau 1769M. Di lingkungan keraton. Sebagaimana putra raja, ia dididik dan ditempa untuk menjadi pewaris tahta Kesultanan Palembang. Pendidikan agamanya didapat dari ulama besar waktu itu seperti: Syekh Abdus Somad al-Palembani, Syekh Muhammad Muhyiddin bin Syihabuddin, Syekh Ahmad bin Abdullah,Syekh Kms.Muhammad bin Ahmad, dan Sayid Abdurrahman al-Idrus. Kepada Syekh Abdus Somad, ia mengambil dan mengamalkan Tarekat Sammaniyah.

         RM.Husin semasa kanak-kanaknya adalah seorang anak yang manja dan menjadi kesayangan ibunya meskipun ia merupakan putra kedua dari sembilan bersaudara yang terkenal dari satu ibu yaitu Ratu Agung. Saudaranya yang tertua ialah R.M.Hasan Pangeran Ratu.

         Ibunya Ratu Agung, selagi kedua anaknya ini masih muda, maka ia selaku permaisuri pernah memohon kepada suaminya Sultan Muhammad Bahauddin, agar RM. Husin nantinya bisa diangkat menjadi raja menggantikan Sultan Bahauddin. Maka di dalam suatu musyawarah Negara yang sengaja diadakan untuk membicarakan masalah tersebut, dimana permaisuri beserta kedua putra Raja dan para pembesar ikut hadir, maka Majelis tersebut mengambil keputusan bahwa tiap-tiap orang yang dilahirkan lebih dahulu dari yang lainnya itu tentu sudah  kehendak Allah SWT. Jua dan tentu tidak percuma pula dan sudah tentu ada maksud serta tujuannya. Oleh karena itu maka yang muda harus menghargai yang lebih tua umurnya dan yang muda harus menerima nasehat dari yang lebih tua. Oleh sebab itu pulalah maka dicantumkan hal ini didalam Adat istiadat silsilah adab sopan santun Palembang, sehingga putra yang tertualah yang berhak menjadi pengganti ayahnya sebagai raja.

         Yang menggantikan ayahnya sebagai Sultan ialah saudara tuanya Sultan Mahmud Badaruddin Raden Hasan yang dikenal dengan Sunan Tuo. Kemudian pada tanggal 14 Mei 1812, R.M.Husin dilantik sebagai Sultan dengan gelar Sultan Husin Dhiauddin atau dikenal dengan Sunan Mudo mendampingi kakaknya Sunan Tuo.

Putera-Puteri (zuriat) Sultan Husin Dhiauddin

         Sunan Mudo Husin Dhiauddin memiliki beberapa orang isteri, dari perkawinannya ia memiliki 25 orang anak diantaranya:

  1. Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom
  2. Pangeran Bupati Jaya Ningrat
  3. Pangeran Arya Kusuma Mahbub
  4. Pangeran Citra Diningrat
  5. Pangeran Adimenggala
  6. Raden Ayu Putri Nurus Sanah (satu ibu)
  • Dari yang lain ibu yaitu:
  1. Pangeran Suta Nalindro Mahjub,
  2. Pangeran Suta Nindito Mahfi,
  3. Pangeran Suta Krama Muhsin,
  4. Raden Abubakar,
  5. R.Sanusi,
  6. R.Asik Khalil,
  7. R. Abdurrahman,
  8. R.Umar Khatib,
  9. R.Usman,
  10. R.Zainal Abidin,
  11. RA.Adi Wijaya,
  12. RA.Jaya Dinata,
  13. RA.Jaya Nindita,
  14. RA.Jaya Wikarta,
  15. RA.Jaya Kusuma,
  16. Pangeran Kecik,
  17. RA.Salimah,
  18. RA.Maryam,
  19. ……………..

Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin diasingkan ke Kerukut Betawi oleh Belanda  pada 6 Desember 1824. Dan pada tanggal 4 Rajab 1240 H ia wafat. Kemudian makamnya dipindahkan ke Komplek Kawah Tekurep Lemabang pada tahun 1986.

Makam Sultan Palembang Darussalam ke VIII (DELAPAN)

Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin Bin Sultan Muhammad Bahauddin ( 1813 – 1817 )

DIBUANG BELANDA DI KRUKUT BETAWI DAN PADA TAHUN 1986 DIPINDAHKAN KE PEMAKAMAN KAWA TEKUREP PALEMBANG