Beliau sebagai Sultan Palembang ke 6  yang alim dan bijaksana.Nama lengkapnya ialah Sultan Muhammad Bahauddin anak Sultan Ahmad Najamuddin

         Ibunya bernama Ratu Sepuh Raden Ayu Murti binti  Pangeran Arya Kusuma Cengek bin Pangeran Purbaya bin Sunan Muhammad Mansur bin Sunan Abdurrahman Candi Walang. Beliau dilahirkan pada malam Selasa tanggal 15 Sya’ban 1141 H atau tahun  1728 M di lingkungan Keraton Palembang. Putera mahkota dari 46 bersaudara.

         Sebagaimana biasanya di lingkungan keraton, pendidikan awalnya didapat dari ayahnya sendiri, kemudian ia menuntut ilmu agama pula kepada ulama-ulama besar Palembang waktu itu seperti: Sayid Khatib Ali, Syekh Kgs.H. Hasanuddin bin Jakfar, Syekh Muhammad Samman, Syekh Abdus Somad al-Palembani, dll. Kepada Syekh Muhammad Samman, ia mengambil talkin dan bai’at Tarekat Sammaniyah. Melalui beliaulah Tarekat Sammaniyah yang zikirnya dikenal dengan Ratib Samman menjadi amalan resmi di Kesultanan Palembang Darussalam.

         Selain dikenal sebagai ulama dan waliyullah, ia juga sebagai tokoh pembangunan baik dalam bidang fisik maupun ekonomi. Pada tahun 1780 ia membangun Istana Benteng Kuto Besak. Sedang untuk pemakamannya ia membangun Gubah Luan di komplek Lemabang.

         Pada bulan Agustus 1774, para pangeran, menteri dan bawahannya secara musyawarah mengangkat Pangeran Ratu menjadi Sultan Muhammad Bahauddin dan ayahnya Sultan  Ratu Ahmad Najamuddin menjadi Susuhunan Ratu Kesultanan Palembang Darussalam. Dua tahun kemudian ayahnya wafat (1776).

Kesultanan Palembang mengalami kemakmuran pada saat Sultan Bahauddin memerintah. Pada saat itu Palembang menjadi salah satu tempat Pusat Sastra Agama Islam Nusantara (Islamic Centre) setelah Aceh. Tokoh-tokoh ulama besar dan penulispun bermunculan.

         Pada tahun 1777, ia mengirimkan uang sebesar 500 Real untuk wakaf pembangunan Zawiyah (Pondok) Sammaniyah di Jeddah yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Muhyiddin bin Shihabuddin al-Palembani.

         Al-Hasil, naskah sejarah Palembang mencatat pada masa Sultan Bahauddin mengalami kemakmuran: “Dan rakyat seisi negeri dengan segala jajahan itu banyak beruntung, sebab negeri sentosa. Segala dagang pun banyak masuk dari laut dan dari darat dan dari hulu, karena Raja Palembang pada zaman itu terlalu adil sentosa perintahnya memeliharakan segala rakyat negeri dan sekalian dagang.” 

         Sultan Muhammad Bahauddin memiliki beberapa orang isteri di antaranya ialah Ratu Agung binti Datuk Murni bin Abdullah al-Haddadi, dari perkawinannya ini ia dikaruniai 23 orang anak, namun yang terkenal dari satu ibu ialah:

  1. Raden Hasan (Susuhunan/Sultan Mahmud Badaruddin II)
  2. Raden Ayu Purbaya Negara Naqiyah
  3. RA. Mangku Negara Hamidah
  4. RA. Wikrama Hasyiyah
  5. Sultan Husin Dhiauddin
  6. RA.Suta Wikrama Bariyah
  7. RM. Hanapiah
  8. Pangeran Bupati Panembahan Hamim
  9. Pangeran Adipati Abdurrahman

dari isteri yang lain beliau yang bernama Yang Pipah bergelar Mas Ayu Ratu Dalam Puteri Temenggung Karto Mengalo dari Mentok  dan dari isteri yang lain mempunyai beberapa putra putri yaitu :

10.Pangeran Jaya Kramo

11.Pangeran Raden Dito

12.Pangeran Citro Kramo

13.Pangeran Nato Kramo

14.Pangeran Nato Nincito

15.Pangeran Nato Wikramo

16.Pangeran Nato Wijano

17.Pangeran Penghulu Nato Kesumo

18.Pangeran Nato Wijano Krama Mahjub

19.Pangeran Nato Wiguno

20.Raden Ibrahim

21.Raden ayu Marto

22.Raden Ayu Nanggaro

23.Raden Ayu Suto Kramo

24.Raden Ayu Zaleha

 25.Raden Ayu Hali

Sultan Muhammad Bahauddin wafat hari Senin tanggal 21 Zulhijah 1218 H atau 2 April 1804 Masehi. Dimakamkan di Gubah Lemabang.

Makam Sultan Palembang Darussalam ke VI (ENAM)

 Sultan Muhammad Bahauddin Bin Sultan Susuhunan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo (1776 – 1803 )