Beliau sebagai Sultan Palembang ke-9 yang memerintah dimasa akhir Kesultanan Palembang Darussalam. Nama lengkapnya ialah Pangeran Ratu Prabu Negara anak Sultan Mahmud Badaruddin  Atau lebih dikenal dengan sebutan “Sultan Ahmad Najamuddin  Pangeran Ratu”.

         Ibunya bernama Ratu Sepuh Asma. Ia dilahirkan pada tahun 1789 di lingkungan keraton. Merupakan putra sulung dari 13 bersaudara yang terkenal dari satu ibu. Sebagaimana Putra Mahkota, ia dididik dan ditempa untuk menjadi pewaris tahta Kesultanan Palembang. Pendidikan agamanya didapat dari ulama besar waktu itu seperti: Syekh  Kgs.Muhammad Akib, Kgs.Muhammad Zen, Kms.Muhammad bin Ahmad, Sayid Muhammad Arif Jamalullail, dll.Kepada Syekh Kgs. Muhammad Akib, ia mengambil dan mengamalkan Tarekat Sammaniyah.

         Pada masa ayahnya menjadi sultan, ia menjabat sebagai komandan pertahanan Benteng Martapura di perairan Sungai Musi. Kemudian ia dinobatkan oleh ayahnya menjadi sultan Palembang pada bulan Desember 1819 dengan gelar SRI PADUKA SULTAN AHMAD NAJAMUDDIN  PANGERAN RATU PRABU NEGARA (memerintah: 1819-1821), sedang ayahnya Sultan Mahmud Badaruddin bertambah gelar menjadi Susuhunan. Meskipun demikian, untuk menentukan kebijakan pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam masih dijalankan oleh Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin.

         Kesultanan Palembang Darussalam pada masa itu telah didatangi bangsa asing terutama Belanda dan Inggris, sehingga seringkali terjadi pertempuran. Namun walaupun demikian, Kesultanan Palembang Darussalam mengalami kemakmuran. Dari segi perekonomian, kehidupan Palembang mengalami kemajuan. Harga sembako terutama beras sangat murah. Hanya harga garam agak melambung. Pada masa ini pula  Palembang telah dapat membuat meriam sendiri serta mesiu dan pelurunya.

         Setelah Keraton Palembang diduduki oleh Belanda, ia dan anggota keluarganya diasingkan. Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin, Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu  dan keluarga serta sanak sahabatnya yang dekat dinaikkan ke kapal perang Belanda pada tanggal 3 Juni 1821 ke Betawi. Mereka berlabuh  di Pelabuhan Cilincing dan kemudian ditempatkan di benteng pertahanan Jatinegara. 8 bulan kemudian (Maret 1822), diberangkatkan ke Ternate setelah mengalami pemeriksaan yang sangat kejam dan diluar prikemanusiaan.

         Sultan Ahmad Najamuddin  Pangeran Ratu  akhirnya wafat di Ternate pada malam Ahad tanggal 2 Rajab 1277H atau tahun 1860M, jam 03.00 pajar, dalam usia 71 tahun 2 bulan, 16 hari, 21 jam.

Putera-Puteri (zuriat) Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu

         Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu mempunyai beberapa orang isteri, dari perkawinannya ia memiliki 11 orang putra-putri yang zuriatnya masih ada sampai sekarang, yaitu:

  1. Raden Haji Bir,
  2. Pangeran Prabu Tenaya,
  3. Raden Toyib,
  4. Raden Kafin,
  5. Raden Munir,
  6. Raden Ayu Halimah,
  7. Raden Ayu Nakiyah,
  8. Raden Ayu Sabihah,
  9. Raden Ayu Hasiah,
  10. Raden Ayu Zubaidah

Makam Sultan Palembang Darussalam ke IX (SEMBILAN) DI TERNATE

Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu Bin Sultan SusuhunanMahmud Badaruddin (1819 – 1821)