Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin
Sultan Palembang Darussalam (2006 s/d…)

Semangat dari masa lampau

Sejak dihapuskannya Kesultanan Palembang Darussalam oleh kolonialisme Belanda pada tahun 1823, maka kebudayaan, adat istiadat masyarakat Palembang mengalami kemunduran. Para pewaris, anak cucu keturunan dan Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam menyadari untuk tetap mempertahankan dan melestarikan serta mengembangkan tradisi dan kebudayaan Palembang Darussalam.
Setelah hampir dua abad tenggelam, sebagian masyakat Palembang menyadari perlunya untuk membangkitkan kembali Kesultanan Palembang Darussalam yang banyak meninggalkan kekayaan seni, budaya, maupun ilmu pengetahuan di Sumatera Selatan dan di Nusantara.
Namun Kesultanan Palembang Darussalam bukan seperti pada masanya dahulu. Kesultanan Palembang sekarang ini hanya sebatas sebagai simbol budaya adat istiadat dan sosial masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan, sehingga mereka tidak buta sejarah serta menghargai apa yang telah dilakukan oleh para leluhur terhadap bangsa dan negara ini. Untuk itu diperlukan tokoh pengayom yang penuh tanggung jawab dan inovatif dalam rangka untuk menghidupkan kembali budaya dan adat istiadat Palembang Darussalam.
Beranjak dari kesadaran tersebut, pada tanggal 18 November 2006, para zuriat/keturunan sepuluh sultan yang pernah berkuasa di Palembang, beserta zuriat melayu di Sumatera Selatan, melakukan musyawarah mufakat yang akhirnya mengukuhkan IR.H. R. Mahmud Badaruddin sebagai Sultan Palembang dengan gelar Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dan dilantik serta dinobatkan di halaman dalam Benteng Kuto Besak pada tanggal 19 November 2006, yang dihadiri oleh Gubernur dan unsur Muspida provinsi Sumatera Selatan.
Tapi jauh sebelum dikukuhkan sebagai Sultan Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin telah dipercaya untuk menjadi Ketua Umum Himpunan Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam dan dilantik pada tanggal 4 September 2005 di halaman dalam Benteng Kuto Besak. Dimana dalam salah satu visi yang di emban adalah untuk menghimpun kembali para zuriat/keturunan para Raja atau Sultan yang pernah berkuasa di Palembang yang tersebar di seluruh Nusantara.
Dalam mengemban amanah tersebut, beberapa agenda kerja sosial dan budaya yang telah dilakukan oleh Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin, seperti perbaikan makam para Sultan – Sultan Palembang Darussalam, memberikan penghargaan kepada masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan yang berprestasi serta melacak, mengumpulkan dan memferivikasi bukti – bukti sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.
Berdasarkan silsilah Sultan – Sultan Palembang Darussalam, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin adalah keturunan dari tiga Sultan yang pernah berkuasa di Palembang. Pertama, dari pendiri Keraton Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan/Susuhunan Adbulrahman Kahalifatul Mukminin Sayidul Imam. Kedua, Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago. Sultan ini memiliki Putra Mahkota Pangeran Ratu Purboyo yang tewas dizholimi diracun pada fajar hari menjelang penobatannya. Setelah tujuh turunannya, Allah SWT mentakdirkan zuriatnya menjadi Sultan. Ketiga, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin juga memiliki garis keturunan dari Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo, saudara lain ibu Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago dimana Raden Lumbu Pangeran Nato Dirajo bin Pangeran Ratu Purboyo bin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago menikah dengan anaka Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo.
Pengukuhan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin sebagai Sultan Palembang direstui oleh ahli Nashab Kesultanan Palembang Darussalam, yakni Let. Kol. (Purn) A.L.R.M. Yusuf Prabu Tenaya yang merupakan zuriat dari Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu bin Sultan Mahmud Badaruddin II serta dari zuriat Sultan terakhir, R.M. Syarifuddin Prabu Anom dari zuriat terakhir Sultah Ahmad Najamuddin Prabu Anom, Sultan terakhir yang dibuang oleh Belanda ke Menado Tua dan sampai sekarang makam Sultan tersebut belum ditemukan.