Beliau juga salah satu Sultan Palembang yang alim, adil dan bijaksana. Nama lengkapnya ialah Sultan Muhammad Mansur Jaya Ing Laga anak Sunan Abdurrahman Candi Walang. Ibunya bernama Ratu Agung binti Kemas Martayuda Mudo bin Kms.Martayuda Tuo bin Ki.Panca Tanda bin Ki.Gede Ing Karang Panjang. Ia dilahirkan sekitar tahun 1660 di lingkungan Keraton Palembang. Putera ke 2 dari 8 bersaudara yang terkenal dari satu ibu. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya ada berjumlah 25 orang lagi.
Pendidikan awalnya didapat dari ayahnya sendiri, Sunan Candi Walang, kemudian ia menuntut ilmu agama pula kepada ulama-ulama besar Palembang waktu itu seperti: Sayid Mustofa Assegaf bin Sayid Ahmad Kiayi Pati, Faqih Jalaluddin, Sayid Syarif Ismail Jamalullail, Khatib Amir Thayib, dll.
Ia juga mendapat julukan Pangeran Jaya Ing Laga, karena dalam usia relatif muda, ia telah mampu memenangkan duel di daerah Jambi atas perintah ayahnya, oleh sebab itu ia jaya dalam berlaga. Dikisahkan bahwa telah terjadi peperangan antara Raja Batu dengan Sultan Gede di Jambi. Sultan Gede terdesak dan minta bantuan kepada Sultan Palembang. Maka Sultan Abdurrahman menanyai putera-puteranya, titahnya: “Siapakah diantara kamu sekalian yang boleh pergi ke Jambi membantu Sultan Gede?” Tetapi tak seorangpun yang menyahut, hingga sampai tiga kali beliau bertanya masih tidak ada yang sanggup. Dengan marah dan kesalnya, sultan berkata: “Jikalau tidak karena rambutku sudah putih dan muda tentulah aku yang pergi, tak akan Palembang menanggung malu!”
Kemudian Muhammad Mansur berani menawarkan diri, katanya: “Daulat tuanku, anakda tiadalah berkata sanggup, sebab masih ada yang lebih tua dari anankda, tetapi apabila Syah Alam titahkan maulah anakda pergi ke Jambi itu.” Mendengar itu hilanglah murka baginda, lalu bertitah kepadanya: “Baiklah, pergilah engkau hai Mansur! tak peduli engkau masih muda, asal berani, jangankan manusia sedang kucingpun jika berani tentu kutitahkan, supaya kita jangan malu!” Maka diperlengkapilah ia dengan laskar pilihan, lalu berangkatlah ke Jambi.
Setelah tiba, lalu berperanglah ia dengan Ki.Demang Kecek. Terlalulah hebat perang tersebut hingga Palembang hampir kalah. Kemudian Muhammad Mansur berdiri di atas lampit dengan berpayung ubur-ubur di tangan kirinya dan memegang tombak di tangan kanannya. Dengan takdir Allah, Ki.Demang Kecek melompat hendak menyambar Muhammad Mansur, tiba-tiba tombaknya mengenai ujung ibu jari kaki Ki.Demang Kecek, lalu mati seketika itu juga.
Sepulangnya dari Jambi, ia dinobatkan menjadi Sultan, memerintah selama 12 tahun. Pada tahun 1714, Sultan Muhammad Mansur wafat dan dikebumikan di Kebon Gede (kel 32 ilir Palembang). Oleh sebab itu ia dikenal dengan sebutan Sunan Kebon Gede.
Putra-Putri (zuriat) Sultan Muhammad Mansur
Sunan Kebon Gede memiliki beberapa orang isteri diantaranya ialah: Ratu Pamekas bt Raden Arya bin Sido Ing Pesarian, Nys. Sengak Jambi, Ratu Mas Pertiwi, Ratu Mas Dangur Jambi, dan lain-lain. Dari permaisuri dan para isterinya ini beliau dianugerahi 23 orang putra-putri.
– Dari permaisurinya Ratu Pamekas binti Raden Arya bin Pangeran Sido Ing Pesarean, baginda memperoleh 2 orang anak yaitu:
- Pangeran Ratu Purbaya Abubakar (w. 1711)
- Denayu Penangkup
– Dari pernikahan yang kedua dengan Nyimas Sengak binti Dipo Anom Priyayi Jambi (janda beranak satu), beliau memperoleh 5 orang anak, yaitu:
- Sultan Anom Alimuddin
- Denayu Kerian
- Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (SMB I)
- Pangeran Suta Wijaya Keraton
- Pangeran Dipa Kusuma Buncit
– Isterinya yang ketiga bernama Ratu Mas Pertiwi, dari pernikahan ini baginda memperoleh seorang putri yaitu:
- Ratu Mas Kalima
– Isteri keempat ialah bernama Ratu Mas Dangur (mantan isteri Pangeran Adipati), dari perkawinan ini beliau memperoleh seorang putri, yaitu:
- Denayu Samadi
Sedangkan dari isteri-isterinya yang lain, Sultan Muhammad Mansur dianugerahi 14 putra-putri lagi, mereka masing-masing adalah:
- Denayu Mandaraga
- Pangeran Cakra Wijaya Badut
- Denayu Pati Penghulu
- Pangeran Dipati Bali Gede
- Pangeran Jaya Krama Bali Kecik
- Denayu Gede
- Denayu Kecik
- Denayu Penengah
- Masayu Gadah
- Masayu Tiba
- Raden Selop
- Denayu Belanak
- Denayu Luma
Makam Sultan Palembang Darussalam ke II (DUA)
Makam Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago Bin Sultan Susuhunan Abdurrohman Khalifatul Mukminin Sayidul imam ( 1706 – 1714 )