PENDIRI KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM
Beliau adalah bapak pendiri Kesultanan Palembang Darussalam, Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam, ulama dan Sultan yang shaleh. Nama lengkapnya ialah Pangeran Ario Kusumo Abdurrahim (Kyai Mas Hindi) bin Pangeran Sido Ing Pesarian bin Pangeran Manca Negara Cirebon bin Pangeran Adipati Sumedang bin Sunan Giri.
Ibunya bernama Masayu Adi Wijaya Ratu Mas Mangkurat binti Kemas Panji Wira Singa bin Ki.Tumenggung Banyu bin Ki.Gede Ing Mempelam bin Ki.Gede Ing Sungi Surabaya. Ia dilahirkan sekitar tahun 1630 di lingkungan Keraton Kuto Gawang Palembang Lamo (1 ilir). Putera ke 4 dari 13 bersaudara. Saudaranya yang tertua ialah Pangeran Ratu Sido Ing Rajek yang menjadi raja menggantikan ayahnya dan wafat di Indra Laya.
Pendidikan awalnya didapat dari ayahnya sendiri, dan berguru kepada ulama-ulama besar pada waktu itu di antaranya: Sayid Mustofa Assegaf bin Sayid Ahmad Kiayi Pati, Kms.M.Asyik bin Kms.Ahmad, Sayid Syarif Ismail Jamalullail dan lain-lain.
Pada tahun 1659, ia menggantikan kakaknya menjadi raja. Kemudian pada tahun 1666, ia memproklamirkan kerajaan Palembang menjadi Kesultanan Palembang Darussalam setelah mendapat legalitas dari Kesultanan Turki Usmani, dan ia sendiri diangkat menjadi Sultan Abdurrahman yang pemerintahannya berdasarkan Islam, berpedoman kepada al-Qur’an dan Hadits.
Karena Keraton Kuto Gawang musnah terbakar akibat perang melawan Belanda pada tahun 1659, kemudian ia mendirikan keraton baru dan masjid di Beringin Janggut (antara 17 ilir dan 20 ilir), sekarang terkenal dengan kawasan Masjid Lama.
Sunan Abdurrahman dalam pemerintahannya dikenal arif dan bijaksana sehingga kesultanan menjadi makmur, aman dan sejahtera. Ia memerintah selama 45 tahun.
Pada suatu ketika, ia didatangi oleh Nabi Khidir as. yang menyamar sebagai seorang faqir miskin. Beliau diterima dengan senang hati dan ditanya apa maksud tujuannya. Dijawabnya: “Aku mau qodo hajat di tempat tidur tuan.” Maka kata Sultan: “Baiklah pergilah ke dalam.” Lalu di labuhkanlah tirai tujuh lapis. Sejurus kemudian, keluarlah si faqir sambil memberi salam, dan turun lalu berjalan. Oleh Sultan Abdurrahman dilihatnya bukanlah kotoran yang didapat, melainkan tujuh bunga perunggu masing-masing sebesar telur ayam. Maka sabda Sultan: “Ketahuilah oleh kamu sekalian, bahwa Kerajaan Palembang ini akan jatuh setelah tujuh gilir dari padaku.”
Putra-Putri (zuriat) Sunan Abdurrahman
Sunan Abdurrahman mempunyai beberapa orang isteri, di antara permaisurinya yang tertua ialah Ratu Agung binti Kms. Martayuda. Dari pernikahannya ini, ia memperoleh 8 purta-putri, mereka adalah:
- Pangeran Adipati,
- Sultan Muhammad Mansur,
- Raden Ayu Dipa Kusuma,
- Pangeran Tumenggung,
- Raden Ayu Adi Ningrat,
- Raden Ayu Dita Kusuma,
- Raden Kusuma Barata
- Sultan Agung Komaruddin Sri Truno.
– Dari isterinya yang lain memperoleh 25 orang anak lagi, masing-masing mereka ialah:
- Panembahan Surya Dilaga
- Pangeran Surya Wikrama Subakti
- Pangeran Cakra Kesuma Raden Nusantara
- Raden Wira Natara
- Raden Suwila
- Raden Kapiten
- Raden Kuripan
- Pangeran Sukarta
- Masayu Astra Wijaya
- Masayu Suro Wijaya
- Masayu Suta Kesuma
- Masayu Wayati
- Masayu Irawati
- Masayu Janaka
- Masayu Ubat
- Pangeran Adi Kesuma
- Pangeran Adi Wijaya
- Raden Ayu Purba Negara
- Pangeran Cakra Wijaya
- Pangeran Dita Kesuma Raden Kumbang
- Pangeran Dipa
- Pangeran Suta Kesuma
- Pangeran Mentaram
- Raden Ayu Adi Kesuma
- Raden Ayu Adi Wijaya
Suhunan Abdurrahman wafat pada tahun 1706, dan dimakamkan di Candi Walang (24 ilir Palembang). Setelah wafatnya dikenal dengan sebutan Sunan Candi Walang.
Makam Sultan Palembang Darussalam ke I (Pertama)
Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam Bin Bin Pangeran Sido Ing Pesarean (1659 – 1706 )