Beliau juga salah satu Sultan Palembang yang alim, adil dan bijaksana. Nama lengkapnya ialah Sultan Agung Komaruddin Sri Truno bin Sunan Abdurrahman Candi Walang, beliau menjadi Sultan sesuai wasiat dari kakaknya Sultan Muhammad Mansyur Jayo ing lago untuk menggantikan dirinya, dikarenakan Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing lago kecewa dan sedih atas wafatnya Pangeran Ratu Purbayo yang dizholimi /diracun untuk menggantikan dirinya menjadi Sultan di fajar hari sebelum penobatannya.
Ibunya bernama Ratu Agung binti Kemas Martayuda Mudo bin Kms.Martayuda Tuo bin Ki.Panca Tanda bin Ki.Gede Ing Karang Panjang. Ia dilahirkan sekitar tahun 1670 di lingkungan Keraton Palembang. Putera ke 8 dari 8 bersaudara yang terkenal dari satu ibu. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya ada berjumlah 25 orang lagi.
Pendidikan awalnya didapat dari ayahnya sendiri, Sunan Candi Walang, kemudian ia menuntut ilmu agama pula kepada ulama-ulama besar Palembang waktu itu seperti: Sayid Mustofa Assegaf bin Sayid Ahmad Kiayi Pati, Faqih Jalaluddin, Sayid Syarif Ismail Jamalullail, Khatib Amir Thayib, dll.
Ia diangkat menjadi sultan setelah mendapat wasiat dari kakaknya, Sultan Muhammad Mansur Kebon Gede. Diceritakan bahwa setelah Pangeran Ratu Purbaya putra sulung Sunan Kebon Gede tewas dalam insiden yang terjadi dimalam pelantikannya kala itu, selanjutnya Sunan Kebon Gede berwasiat: “Jikalau sampai ajalku, yang kurelakan akan gantiku ialah adindaku Sri Truno!” Maka dua tahun kemudian, wafatlah Sunan Kebon Gede.
Menurut wasiat beliau, maka Sri Truno pun dinobatkan menggantikan kerajaan kakaknya itu dengan gelar Sultan Agung Komaruddin Sri Truno berkedudukan di istana Kuto Cerancangan Beringin Janggut (berkuasa: 1714-1724).
Beberapa tahun kemudian, Sultan Komaruddin mengangkat kedua keponakannya yang juga berhak atas kesultanan Palembang, yaitu Pangeran Adipati Mangkubumi Alimuddin dan Pangeran Jayo Wikramo menjadi sultan pula. Maka dilantiklah keduanya.
Pelantikan tersebut dipimpin oleh Panembahan Surya Dilaga dengan seizin saudaranya Sultan Komaruddin Sri Truno. Dalam pidatonya beliau berkata: “Assalamu’alaikum sidang Majelis! Hamba sebagai wakil Sri Sultan, memberi tahukan kepada khalayak yang terhormat bahwa pada saat ini, mudah-mudahan saat yang diberkati Allah Ta’ala. Telah dilantik Pangeran Adipati Mangkubumi menjadi sultan bergelar Sultan Anom, menguasai atas tanah dari Sungai Rendang ke hilir dan beristana di Kampung Kedipan (13 ilir). Dan Pangeran Jayo Wikramo dilantik jadi Pangeran Ratu dengan beralih nama Sultan Mahmud Badaruddin , berkuasa mulai dari Sungai Tengkuruk ke hulu, beristana di Keraton (Kuto Lamo)!”
Demikianlah, pada waktu itu di Kesultanan Palembang Darussalam terdapat tiga sultan, dan semuanya bekerja sama, bahu membahu dalam membangun Kesultanan Palembang. Sungguh sangat baik peraturan itu, Sultan Agung (sebagai adviseur) di tengah-tengah. Dan di kiri-kanan Sultan Mahmud Badaruddin dan Sultan Anom. Bilamana terjadi kekhilafan keduanya dalam hal pemerintahan negeri, Sultan Agunglah yang memberi petuah dan nasehat.
Putra-Putri (zuriat) Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno :
Sultan Agung memiliki beberapa orang isteri, sedang permaisuri yang tertua ialah Raden Ayu Ratu binti Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal, dari perkawinan ini ia memperoleh empat orang anak yaitu:
- Raden Ayu Kurus,
- Raden Ayu Rangda yang menikah dengan Sultan Bahmud Badaruddin,
- Denayu Senik
- Raden Mungkas. Dari isterinya yang lain, Sultan Agung memiliki paling tidak 2 orang anak lagi, yaitu:
- Masayu Kirang
- Masagus Biri (tidak ada keturunan).
Makam Sultan Palembang Darussalam ke III (Tiga) Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno Bin Sultan Susuhunan Abdurrohman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam ( 1714 – 1724)